Minggu, 26 Oktober 2014

Tes jar eeehh tes tes ketikan

Sudah lama akhirnya nongol lagi nih sepatah kata dari mj... yaa gitu deeh perjalanan nasib seseorang itu unpredictible...! tapi jangan khawatir guys mj muncul lagi masih dengan penampakan biasa belum jadi celeb (jiaaah... apo seeeh ??)
Nah... ini cuma ngetes doang nih laman blog mj masih fungsi kagak ? secara mj sekarang dah bener-bener banting mesin (baca : banting stir) murni jadi asisten mamah mj di dunia perfashionan di kawasan borneo tepian ini. Cari nafkah getoooo jadi nyaris lupa dengan cita-citaku yang imut dan menggemaskan, taraaaaaa.... Writer wanna be... a.k.a penulis novel action romance !
Yaaa baiklah.... cita-citanya bisa dipendam dan dipending dulu yang penting bisa bayar kontrakan, anak-anak sekolah dan menikmati kejombloan yang manis ini .... tsaaaaahhhhh....
Berhubung ngetiknya di hape android yang tochskriinnya jual mahal (abis salah pencet mulu nih hape membaca jari telunjuk mj sebagai jempol kali yaa ?) mj cuma sekilas info aja dimari, kayak bc-bc di chattingan yang numpang lewat sekedar tesjar he he he he.... tapi paling gak cuma mau bilang I'M COMEBACK !!! :D

Senin, 28 April 2014

Surat Elektronik Untuk Tuhan

Dear God...
Aku saat ini benar –benar merasa kelelahan luar dalam. Aku sepertinya ingin berhenti dari semua pergerakan yang menguras energiku ini tapi aku tahu aku tak bisa. Aku merasa hebat di lain waktu dan merasa seorang yang mengalami kegagalan dan kekalahan yang luar biasa di waktu yang lain. Aku ingin menangis saat ini, entah sedih ini dari mana datangnya, perih di dalam hati ini tak ku tahu di mana sumbernya. Lalu obat seperti apa yang ku butuhkan ? tentu obatnya ada padaMu Tuhan... tak ada di tempat lain bahkan di seluruh penjuru muka bumi ini. Apakah ini pertanda aku sudah tak sanggup mengayuh bahteraku sendirian ? namun sesungguhnya aku tak pernah sendirian kan Tuhan ? Kau selalu baik untuk selalu bersamaku, dalam susah senangku, karena ku yakin Kau Maha pengasih Tuhan... apa yang harus ku lakukan sekarang Tuhan ? aku sedang tersesat di labirin duka yang tiba-tiba menjeratku, menyeretku pada duka yang tak tahu apa sebabnya. Sedih ini, lelah ini, rindu ini, dan segala rasa yang ku rasakan saat ini. Namun hidup masih terus berjalan kan Tuhan ? dunia masih berputar dan aku masih harus memainkan peranku, menjadi sosok kadang protagonis dan kadang menjadi sosok antagonis. Kadang menjadi upik abu, kadang menjadi ibu tiri, kadang menjadi xena the warrior tapi terkadang pula menjadi sleeping beauty. Tuhan... tanpa harus menuliskan ini aku sebenarnya masih bisa berdialog denganmu, seharusnya di sujud-sujudku, di hamparan sajadahku namun ku rasa Kau lebih mengerti aku, aku yang selalu menuliskan semua isi hati dan pikiranku. Oohhh Tuhan... aku benar-benar merindukanMu, aku tak tahu wujud rinduku seperti apa, jujur aku hanya mengatakannya saja namun hatiku membutuhkanMu, ingin dekat denganMu, ingin direngkuh dalam kasihMu. Jangan tinggalkan aku, aku takut kehilanganMu karena sudah terlalu banyak hal hilang dalam hidupku Tuhan... sudah terlalu banyak... dan aku takut akan terjadi episode-episode kehilangan lagi dan lagi dalam hidupku. Aku lelah Tuhan ... tak Kau beri diriku saat ini teman yang menggandeng tanganku, memberiku bahunya saat ku lelah dan resah dan memberi punggungnya saat aku tak berdaya... ataukah Tuhan... Kau ingin aku hanya berkeluh kesah padaMu saja ? ataukah lagi Kau tak mengirimkannya sekarang karena ingin menempaku sedemikian rupa ? aku yakin Kau tak akan membiarkanku merana sepanjang waktu kalau pun bukan itu tujuanMu Tuhan... pasti ada rencana yang sedang Kau buat untukku, iya kan Tuhan ? Tuhanku yang maha pengasih dan maha penyayang... aku hamba yang jarang menyadari rasa syukur atas apa yang telah Kau beri untukku, ampuni aku akan itu, ampuni aku Tuhan... segala salahku, dosaku, perilaku ku yang ku sadari atau tidak ampuni aku Tuhan... aku dengan segenap keyakinanku Kau masih menyayangiku dan ada rencana terbaik untuk kehidupanku.

Selasa, 22 April 2014

midnight silence

saat yang ku dengar hanya bunyi binatang malam aku sedang merajut masa depanku dalam hening tengah malam...

Selasa, 25 Maret 2014

New Day Has Come

Iya tau... itu judul lagunya mba Celine Dion yang asik punya, kebetulan judul itu pas banget dengan penglaman hidupku yang baru berjalan di minggu ke dua ini.... yeaaahhh new day has came !
Tiga minggu yang lalu, mataku terpaku pada salah satu kiriman seorang teman fesbuk di salah satu grup, jreeeng .... salah satu radio lokal di kota ini membuka kesempatan untuk menjadi salah satu announcer mereka. Kiriman yang masih fresh from the oven jiaaahh oven, kue kaleee ... yaaa hapenya laaah... membuat aku berpacu dengan jantung, mikir sejenak ikut, tidak, ikut, tidak....  karena hape dari buatan negeri tiongkok ini gak bisa multitasking maka ku catat lah dengan penuh kesabaran nomer ponsel yang bisa dihubungi sebagai catatan untuk info lebih lanjut. Aku mematikan sambungan internet dan cek pulsa dulu, cukup gak nih buat nelpon si empunya berita lowongan ini. Dengan mengucapkan basmalah dengan mantap dalam hati terdengar nada sambung, sekali... dua kali... tiga kali... dan “halo ?” suara yang familiar terdengar dari ujung sana, dan yaah bla.. bla.. bla... aku pun menjelaskan niat kesungguhan tekad untuk bergabung dengan mereka, akhirnya percakapan diakhiri dengan janji ketemu di radio plus cv yang mereka minta.
Hari yang ditentukan sudah tiba (intonasi ala dongeng)  dengan gugup dag dig dug, ku pacu si vahario menuju  radio yang berlokasi dekat dengan stadion olah raga di kota ini. Setelah sampai dan menghirup udara sedalam-dalamnya, mengumpulkan kepercayaan diri yang terserak sepanjang jalan, aku siap menghadapi interview pekerjaan yang jujur baru kali ini kujalani. Well interview pun berjalan dengan mulus, aku pun tak menyangka aku bisa sampai sejauh ini, si katak akhirnya keluar dari tempurungnya dan melihat jika memang langit biru itu sangat luas. Aku mendapat predikat penyiar magang dua minggu di radio ini, sumpah grogi di hari pertama itu rasanya kayak mau ujian nasional... tidak.. tidak... kayak waktu mau dilamar dulu.... eehh... mungkin waktu proses mempelai pria mau ijab qabul atau.... bayangin sendiri aja deh... karena aku memang orangnya gampang nervous.
Hal yang bisa mengimbangi kecemasanku adalah para senior di radio tuh baik-baik semua dan ramah, mau bantuin the announcer wanna be like me meski dibanding umur he he he he ... sssttt... wanita tuh paling sensi kalo ngomongin umur. Aku kebagian baca berita, percaya deehh jadi news reader tuh menuntut kita memperluas wawasan, pengetahuan dan kemampuan kita mengolah berita dan kata-kata. Apalagi kalo hari selasa yang merupakan jadwal berita seputar gadget dan teknologi, awalnya kepala kayak ketiban komputer jadul yang layarnya masih gembrot gak setipis layar-layar yang sekarang. Bingung milih berita dengan istilah-istilah gadget yang asing di lidah manusia gaptek stadium empat seperti dirikuuuwhh... tapi ini adalah tantangan yang menyenangkan, karena pada dasarnya aku toh suka dengan pembelajaran hal-hal yang baru, paling gak aku sering heboh sendiri kalo sudah tau info gadget yang terbaru, aku bilang woow ini keren, ini mahal, ini murah, ini asik.
Yaaa... new day has came, ada yang baru niih persis iklan si alika, dan aku menyukai pekerjaan baru ini. Namun aku masih menjalani peranku yang lain as adress maker, dan yang utama as a mom buat dua sparklesku, mereka tau ini adalah jalan hidup mamanya. Aku hanya ingin memberikan mereka yang terbaik. Semoga semua ini membuahkan hasil yang baik ke depannya. I love my world...


Selasa, 25 Februari 2014

Enam Pasang Sepatu Kepada Satu Langkah Impian Yang Terjegal

 Aku masih ingat aku memiliki tiga pasang sepatu kets dan dua pasang sepatu flat seperti sepatu balet dan satu high heels. Enam pasang Sepatu yang menemaniku selama tiga bulan meretas takdir dan bertaruh waktu. Tiga bulan yang penuh semangat dan berakhir dengan kekalahan yang luar biasa sakitnya. Wamena... kota kenangan yang tak akan pernah terlupakan juga sosok-sosok kawan yang akan terus terkenang. Saat itu ku pikir tak ada yang salah jika aku ingin meraih cita-cita ku lagi di bangku kuliah itu. Aku percaya dengan kemampuanku, aku pasti akan mneyelesaikannya dengan baik. Sepatu-sepatu itu menjadi kawan di langkah-langkahku menuju impianku. Aku masih ingat motif kotak dari sepatu kets ku, warna hijau, biru, dan coklat, dua sepatu baletku masing-masing berwarna coklat tua dan hitam serta high hels yang hitam licin mengkilat. Disuatu waktu aku pernah mengalami kejadian yang membuat wajahku merah padam menahan malu. Aku terburu-buru berangkat ke kampus, sambil berjalan bergegas menyusuri selasar ruangan dan menaiki tangga aku merasa ada yang aneh dengan sepatu yang aku pakai. Hingga satu mata pelajaran usai baru lah aku menyibak rok hitam panjangku, daaan.... teman sebangku tertawa cekikikan melihat betapa manisnya pasangan sepatuku ini, kanan coklat kiri hitam. 
          Langkahku akhirnya terjegal di bulan ketiga, saat aku senang-senangnya belajar dengan kawan-kawanku, layaknya mahasiswa baru. Apalagi di ruangan kami jumlah mahasiswa pendidikan bahasa inggris kala itu hanya 25 orang. Jadi kami saling dekat, akrab, dan saling bantu membantu dalam belajar. Aku sangat bersemangat mencari buku-buku penunjang yang dapat kami pakai bersama, gugling internet agar bisa ku print dan ku pinjamkan ke teman-teman. Sungguh mereka sangat baik padaku dan senyum serta keramahan mereka tulus bagi pendatang sepertiku. Aku harus berhenti kuliah, dan itu adalah kenyataan pahit setelah satu dekade aku memimpikannya. Impianku kandas untuk menyelesaikan pendidikan S1 Bahasa Inggris dan mimpi untuk mengabdi pada anak-anak Wamena. Aku harus pulang Ke Tana Luwu dan memulai asa baru dari nol yang jauh dari impianku sebelumnya. Namun aku tak akan menyesalinya, hal ini cukup memberiku pelajaran dan kenangan. Mungkin memang bukan takdirku tuk berada di jalur itu, Mungkin ada rencana lain yang sedang menantiku.
         Nasib enam pasang sepatu itu ku serahkan kepada kawan-kawanku untuk kenang-kenangan, juga buku-buku yang aku miliki aku berikan kepada mereka yaaah seperti tongkat estafet dengan pesan "jangan pernah menyerah kawan, apa pun yang terjadi teruskan perjuangan kalian, wamena menunggu kalian untuk mendidik anak-anak masa depan,tetap lah semangat di tengah keterbatasan,dan berdoalah agar Tuhan memberi kemudahan !" aaahhh.... sungguh aku menjadi sangat rindu dengan mereka saat ini,pastinya mereka tidak lama lagi akan menyelesaikan studi dan menjadi tenaga pengajar di sana. wamena... terima kasih atas kenangan enam pasang sepatu, dinginnya kabut lembah, pinus yang indah dan senyum ramah persahabatanmu...

Selasa, 11 Februari 2014

From Mariana Janis: DESPERATE HOUSEWIFE

From Mariana Janis: DESPERATE HOUSEWIFE:           Judul di atas memang sama dengan serial tivi barat yang dibintangi aktris Hollywood terkenal, tapi saya tidak akan membahas soal...

DESPERATE HOUSEWIFE

          Judul di atas memang sama dengan serial tivi barat yang dibintangi aktris Hollywood terkenal, tapi saya tidak akan membahas soal serial itu tapi serial nyata dalam kehidupan yang mungkin saja saya, teman-teman saya di dunia nyata dan atau beberapa dari kita pernah mengalaminya. Hal ini juga terbersit karena hasil blogwalking dari blognya bunda Fiqhtiya yang membahas peranan wanita.
          Mengapa harus istri yang putus asa ? Bukan hanya saya saja yang terkadang mengeluhkan betapa lelahnya menjadi ibu rumah tangga ditambah sikon yang “luar biasa” bagi wanita seperti saya. No husband tapi belum divorced juga. Ok mungkin contoh dari saya terlalu kompleks, saya akan mengambil contoh dari seorang kawan baik saya di dunia nyata. Dia wanita yang baik hati, enak diajak bergaul, ngobrol,pengetahuannya juga luas namun ia selalu merasa menjadi deperate housewife. Lelah dengan peran istri yang ia jalani, mungkin karena ia tipe perfecsionis dalam hal mengurus rumah, tidak akan berhenti sebelum rumah benar-benar bersih dari teras hingga dapur. Hal ini bertolak belakang dengan suaminya yang tidak teratur, handuk, baju kaos atau barang-barang miliknya bisa saja tergeletak dimana-mana.
          The question is ? katanya agama kita menghormati perempuan kok kayak pembokat gini ? she said. Maklum karena pengetahuan agamaku yang juga masih dangkal, aku cuma bisa memberikan sedikit gambaran jika apa yang kita kerjakan di rumah keseharian itu adalah ladang amal kita, berbuah pahala yang mengisi bekal kita di sana nanti. Dia masih mendebatnya, menurutnya tidak adil, oke itu adalah amal kebajikan kita katanya tapi sebagai manusia biasa kita bisa merasa lelah, laki-laki enak, cari duit di luar hanya separuh hari perempuan bertugas itu dua puluh empat jam ! (nb : temanku ini juga seorang pns, dari tempat asalnya ia seorang bendahara yang memiliki jam kerja padat namun setelah pindah ke kota ini ikut suami ia memilih bekerja di kantor yang jam kerjanya tidak terlalu padat agar ia bisa menghandle urusan anak-anak dan rumah dengan baik). Jika saja tak ada landasan agama dan tak mau mencari jawaban dalam agama mungkin saja saya dan dia ikut arus dalam feminisme.
          Semua sifat dan pemahaman manusia memang tidak sama, bisa jadi di luar sana masih ada laki-laki yang baik kepada istrinya. Tak segan membantu pekerjaan rumah tangga, berbagi tugas, berdiskusi jika terjadi sesuatu dan menjadi sahabat yang baik bagi istrinya. Adakah ? mungkin...
Saya dan teman saya mungkin sebagian kecil wanita-wanita yang desperated dengan keadaan rumah tangga kami hingga kadang berpikir lebih baik menjadi single dari pada berpartner namun sama sekali tidak bisa menjadi penyeimbang hidup. Tanpa pria hidup jadi tidak merepotkan, kami bisa cari nafkah sendiri, bisa membesarkan anak sendiri, dan tak merasa hanya menjadi cleaning servis, loundry,babby sitter, dan penghibur di atas ranjang. Toh anak-anak masih bisa berkomunikasi dengan ayah mereka, jika alasan bahwa anak-anak masih membutuhkan ayah mereka.
          Pemikiran kami ini mungkin saja berbeda dengan perempuan-perempuan yang paham dengan agama, menerima segala kondisi rumah tangga dengan sabar dan lapang dada, berkeyakinan kuat jika segala amal kebajikan istri akan mendapat ganjaran baik pula. Kami hanya istri-istri yang putus asa dan kelelahan karena merasa diabaikan dan kesepian. Intinya kami berumah tangga ingin hidup bahagia, menjadikan suami teman yang baik seumur hidup dan tidak selalu diingatkan dengan kewajiban istri,dosa istri, istri durhaka, istri yang masuk neraka. Kami juga tahu apa yang baik dan tidak baik, namun apakah suami tidak berdosa pula ? tidak durhaka dan tidak masuk neraka ?
          Saya menuliskan ini karena ingin mengeluarkan uneg-uneg saya saja, tadinya saya pikir hanya saya saja yang menjalani kehidupan desperate housewife, tenyata ada juga perempuan-perempuan lain yang mungkin masalahnya bisa lebih besar lagi dari saya. Namun saya dan teman saya tetap berpikir postif bahwa Allah SWT tidak pernah membuat posisi istri itu terpuruk, ini adalah ujian dimana kami ditantang untuk memilih bagaimana kami menyikapi dan menjalaninya. Mungkin masih butuh waktu bagi kami menjawab bagaimana kami akan mengakhiri rasa deseperate ini.

     

Selasa, 04 Februari 2014

I M H O


                                     Sesuatu Yang Pantas Atau Tidak Untuk Kita Dapatkan

Sebagai manusia tentunya terkadang kepala kita dipenuhi oleh segala keinginan kita untuk hal-hal yang manusiawi seperti materi. Terlebih sebagai kaum hawa banyak sekali keinginan kita terhadap barang-barang yang memang sangat memanjakan mata atau tubuh kita. Lalu apa semua hal itu wajib dipenuhi ? bagi saya pribadi dan tentunya telah diajarkan oleh pengalaman hidup yang hampir tiga puluh tahun, tidak semua hal bisa kita dapatkan sesuai dengan keinginan kita. Sebagian dari kita tidak terlahir sebagai princess keluarga berada yang dengan mudahnya mendapatkan apa yang kita inginkan. Kita tidak bisa memilih dari keluarga mana kita terlahir, dan adalah takdir bagi kita untuk menjalani hidup yang telah diberikan oleh Allah SWT. Namun kata orang bijak bahwa nasib bisa diubah sesuai dengan kerja keras kita.
Jangan mengharap terlalu banyak agar kita tidak kecewa terlalu dalam jika ada hal yang kita inginkan tidak terwujud. Belajar dari banyak hal yang telah terjadi dalam hidup saya, saya pun mulai mengkontrol semua emosi yang ada dalam diri saya. Ada beberapa orang yang pernah saya temui dan pernah mendengar mereka mengatakan bahwa jika mereka ingin sesuatu mereka harus mendapatkannya, sepintas saya merasa itu adalah semangat yang luar biasa, namun jika dilihat dari apa yang mereka maksud untuk harus mereka dapatkan saya hanya tersenyum geli. Apa harus seperti itu ? bahkan hanya untuk hal-hal sepele seperti ingin memakan jajanan favorit yang kebetulan sedang susah untuk didapatkan sehingga memaksa pasangan mereka mencari dengan susah payah. Atau sepasang sepatu yang saat itu sepintas lalu terlihat cantik dan timbul niat untuk memiliknya dengan cara apa pun, terkesan egois bukan ? ketika pasangan kita sedang dalam keadaan lapang, dompet yang tengah gemuk, serta waktu yang tidak terlalu terdesak pekerjaan dengan wajah manis kata merayu manja penuh cinta menggoda tentu pasangan kita akan tergerak untuk mengabulkan keinginan kita. Namun saat pasangan kita dalam keadaan yang benar-benar tidak bisa berbuat banyak, dan kita memaksakannya bagi pasangan yang temperamental pasti akan terjadi babad rumah tangga dan bagi pasangan yang tidak suka keributan akan memakan hatinya pelan-pelan dengan sangat menyakitkan. Apa tulisan saya terlalu lebay ? saya pikir tidak karena hal-hal seperti ini sering terjadi di depan mata saya sendiri dengan para pelakunya tak jauh dari lingkungan kehidupan saya.
Saya masih ingat kata seorang ulama di televisi, penuhi kebutuhan kita bukan keinginan kita karena apa yang kita inginkan tak akan pernah ada habisnya atau puasnya. Ini selalu menjadi patokan bagi dompet saya meski sebagai kaum hawa tentunya saya juga beberapa kali tergoda dengan hal yang disebut dengan “keinginan”. Karena bagi saya ada hal yang pantas buat saya usahakan untuk saya miliki dan ada yang tidak pantas buat saya. Dan uang juga tidak semudah itu saya petik di ladang atau saya sekop dari halaman kecil di depan rumah kontrakan saya. Disamping itu saya juga bukan perempuan yang dengan mudahnya meminta barang-barang “keinginan” dari pasangan saya. Dari sinilah saya berusaha mengerem keegoisan saya, keinginan saya dan emosi saya agar kembali kepada rumus kebutuhan dan keinginan serta jangan mengharap terlalu banyak agar tidak kecewa terlalu sakit.

Lalu apa inti dari tulisan saya ini ? saya hanya sedang merasa miris melihat beberapa orang dalam kehidupan saya yang selalu mengatakan ingin memiliki atau melakukan sesuatu hal yang harus,wajib ia miliki atau ia lakukan tanpa mempertimbangkan kondisi dan perasaan pasangannya. Pertengkaran tak dapat dihindari, tentunya penyesalan akan berbuntut panjang di belakang. Bagi pasangan yang sudah mengerti kondisi keadaan pasangannya yang memiliki kemauan sekeras baja dan kata-kata setajam silet ia akan berusaha dengan lapang dada menerimanya pun kata maaf yang dilontarkan si hawa ini setelah melayangkan tangan dan kata-kata tak pantas. Pasangan yang lainnya memilih menghindar meninggalkan sementara si hawa agar si hawa tenang dan dingin dulu. Saya hanya merasa oohh.... come on ladies.... haruskah sampai menangis-menangis seperti anak remaja ? hanya karena sepasang sepatu, jalan-jalan bersama pasangan yang tidak terpenuhi, tas, dompet, baju, aksesoris kalian merajuk. Mengarungi kehidupan ini sudah susah ladies... tak perlu ditambahkan dengan kesusahan-kesusahan yang tidak perlu. Ada hal yang perlu dikhawatirkan, ditakutkan atau pun ditangisi ketimbang materi seperti ini. Kelanggengan kita bersama pasangan, saling menghormati dan pengertian, mendidik anak dengan benar serta berjuang bersama-sama agar keluarga kita utuh mendapat ridha Allah dan masuk surga adalah hal yang lebih penting menurut saya. Namun jika kalian tidak sependapat dengan saya yaaa abaikan saja tulisan saya ini gampang kan ? peace ladies..... J