Selasa, 12 Maret 2013

Coffee And Me

          Pertahananku akhirnya jebol juga untuk mengatakan tidak pada kopi. Selama ini hanya si jasmine tea lah yang menemaniku dengan setia membuka pagi, aroma lembutnya yang wangi dan rasanya yang khas. Aroma melati itu sendiri yang kerap melemparku pada memori masa lalu, teringat pada dapur nenek yang mengepulkan asap ketika menjerang air dan membuat teh ini. Dapur papan kayu yang menghadap ke hamparan sawah yang siap panen menambah eksotis ritual teh melatiku di kala itu.
          Aku pernah menulis coffee is sexy, chocolate is moody, tea is classic and drink water is healthy. Sudah tak ingat persis lagi kapan aku mulai jatuh cinta pada kopi yang sebenarnya aku menggambarkan sebagai aroma yang maskulin. Kopi hitam yang mengepulkan asap dan aromanya yang kuat dan berampas, itulah gambaran kopi yang pertama ku reguk, hingga jaman bergeser dan membuat kopi bermetamorfosa menjadi semakin "feminim". Ia yang hitam pekat dan pahit menjelma menjadi kecoklatan, manis dan gurih dengan berbagai sebutan capucinno, mocha, machiato, dan ditambahkan krim atau pemanis lainnya. Bahkan dengan kagumnya aku melihat para barista mengolah kopi meski hanya melalui televisi. Juga pada serial Coffee Prince, drakor yang settingnya di sebuah cafe yang waaaahhh imipan aku tuuh....
          Dokter bilang jangan minum kopi dulu agar jantungku tetap stabil dan tidak terganggu dari efek kopi yang bla...bla....bla....bla... aaauuuuwwwwhhhh.... sedih.... beberapa saat aku kehilangan aroma itu di setiap pagiku. Ada yang tidak lengkap rasanya di keseharianku tanpa secangkir kopi setiaku, atau dikala sore yang melepas penat dan dikala hujan turun mengalirkan inspirasi sastraku. Dengan segala cara ku kembalikan "ritual" kopi itu tanpa harus membuat jantungku berdetak tak karuan hingga membentur dinding dadaku yang membuat jari-jariku merasa tremor sepanjang hari. Aku memilih jenis kopi yang selembut dan senyaman mungkin, menyeduhnya dengan perbandingan air yang lebih banyak dari biasanya. Yaah... karena aku sudah jatuh cinta pada kopi dan daya hayalku membuatku sexy jika mereguknya dengan cangkir kesayanganku.
          Pagi ini ngantuk yang hebat menyerang lebih dahsyat, bahkan si coklat panas tak mampu mengusir beban berat yang menggantung di kelopak mata. Finally Coffee.... status yg kubuat pagi ini memang akhirnya pada kopi ku kembali, menikmati aromanya dan setiap tegukannya yang ku rindukan. Kuharap iklan di televisi ini benar bahwa kopi merek ini tak akan membuat jantung berdebar dan perut kembung he he he he ... aaahhhh..... aku menatap keluar jendela dan ku membatin, mentari pagi ini lebih indah dari biasanya.... (efek kopi kah ? he he he he he .... who knows....?)

Senin, 11 Maret 2013

Bukan Pecinta Hujan

          Kota ini sepertinya langganan mendung dan hujan di setiap sore harinya. Menjelang sore awan gelap akan berarak dan menciptakan mendung serta hembusan angin yang kencang dan sensasi dingin pun tercipta. Yang terbersit dalam kepala ku saat cuaca sedang dingin cuma satu, ingin mereguk minuman hangat. Teh melati, atau secangkir coklat panas meski aku merindukan aroma kopi pula tentunya.
          Hembusan angin kencang yang masuk di tempat kerjaku membuatku terkadang mem-pause sejenak apa yang tengah ku kerjakan dan serius menikmati setiap aroma dan tegukan dari minuman yang ku buat. Hayal dan imajinasiku mulai beradu dengan turunnya gerimis yang menari manis. Beberapa ide tentang cerita-cerita pendek atau gambaran novel yang sangat ingin ku kerjakan kembali memenuhi setiap rongga otak kepenulisanku. Aku sangat menikmati sesi-sesi dalam pencarian dan pewatakan karakter tokoh-tokoh yang akan ku tulis. Sejenak aku pun lupa dengan pekerjaan utamaku, biarlah, pikirku karena membayangkan cerita-cerita imajinasiku sendiri membuat aku segar sejenak dari fokusnya otakku pada kain-kain yang ku kerjakan.
          Hujan sering memberi inspirasi atau ide-ide namun jangan salah menerka, aku sama sekali bukan penikmat hujan atau pecinta hujan. Aku bahkan takut pada hujan, suara intro dari gunturnya dan reffain dari hujan itu sendiri. Aku hanya menikmati minuman hangatku dan ide-ide ceritaku di sela-sela hujan. Tapi pertanyaannya kapan aku mulai menulis lagi ? :)