Selasa, 30 April 2013

Tragedi Bus Kharisma dan Kesempatan Kedua


          “Assalamu’alaikum mamanya fira, mba dah pindah ke kontrakan yang di nyiur itu ? mba Yanti.”
Aku sejenak memandang sebaris kalimat yang tertera di layar ponselku, oooh iya mba Yanti, sudah lama mba Yanti tidak pernah ku lihat lagi.
          “waalaikumsalam, mbaaaaa.... kemana aja ? dah lama banget gak nongol ke rumah.”
          “Ceritanya panjang mba, nanti saya main ke rumah, tapi jangan kaget yaa liat saya
            Yaaa....”
Aku mengernyitkan dahi, ada apa dengan mba Yanti ? kurusan kah ? atau dia....?
          “Datang ke rumah laaah mba... gak pake lama ato nanti, ku tunggu yaaa ! aku sama
           Anak-anak ngontrak di nyiur yang rumah itu.”
          “Iya mamanya fira, tunggu ntar saya jalan-jalan kesitu”
Aku masih bertanya-tanya tentang mba Yanti, seorang wanita single berkulit putih berdarah Jawa, cara bertutur yang halus dan ramah. Kerjaan sehari-harinya mengantarkan susu kedelai dan termasuk aku pelanggan yang mengkonsumsi susu soya beannya yang masih hangat. Mba Yanti juga mengajar anak-anak tunarungu di SLB kota ini.
Sesaat kemudian aku kembali tenggelam dengan pekerjaanku, baju batik yang tengah ku pasangkan kancing tidak lama lagi diambil pemesannya. Namun tak lama terdengar suara motor yang memasuki halaman sampin rumah, sekilas ku lihat motor merah milik mba Yanti. Oohh.... mba Yanti benar-benar datang sore ini, kejutan... akhir-akhir ini aku memang sering mengingatnya juga susu kedelai yang terhenti suplainya.
Aku tertegun, mba Yanti memang beda, dengan senyum khasnya seperti biasa ia nampak senang sekali menjumpaiku dan yaaah aku lagi-lagi ditegur kurusan he he he ....
          “Dari mana aja sih mbaaaaa.... lamaaaaa banget baru ada kabar dan main kesini, gimana kabarnya ?” berondongku begitu saja karena penasaran. Mba Yanti tersenyum dan duduk memilih kursi yang ada sandarannya.
          “Saya habis kecelakaan Mba, enam bulan baru saya pulih, empat hari yang lalu saya baru saja selesai operasi pelepasan ven.” Jawabnya dengan suara kalem khas mba Yanti.
Aku terperanjat kaget, pantas saja dia lama hilang dari perederan bersama susu kedelainya.
         “kecelakaan dimana Mba ?! apanya Mba Yanti yang luka-luka ?!” tanyaku dengan nada yang masih terkejut. Lalu mengalirlah cerita mba Yanti yang sungguh Allah Yang Maha Kuasa memiliki rencana sendiri untuk mba Yanti.
          Bulan oktober tahun lalu, kota Palopo dikejutkan dengan kecelakaan bus antar kota Kharisma yang menewaskan sekian penumpang beserta sopirnya. Bus naas yang menabrak truk bermuatan tiang-tiang penyangga kabel listrik yang membuat sopir bus tewas di tempat. Aku pun pernah melihat foto-foto para korban yang di share oleh orang-orang di Facebook. Kondisi para korban sungguh mengenaskan. Aku sama sekali tak mengira jika salah seorang teman baikku, mba Yanti turut menjadi korban di dalam kecelakaan itu dan tergolong parah. Mba Yanti yang duduk di kursi no satu dekat kursi sopir terlempar jauh keluar dari bus sesaat setelah tiang-tiang penyangga kabel listrik yang di atas bak truk itu menghantam kaca depan bus dan menewaskan sopirnya. Seperti di adegan-adegan film tubuh mba Yanti menghantam jendela kaca bus hingga pecah dan melayang jatuh di semak-semak. Kepala mba Yanti berdarah, tangan kanannya mati rasa, tulang belikatnya lepas juga tulang antara paha dan pinggul lepas keduanya hinga kaki kanan dan kiri mba Yanti juga ikut mati rasa. Menurut mba Yanti ia hanya kehilangan setengah kesadarannya, dia yang tergolong kritis dilarikan menuju rumah sakit At Medika di tengah kota.
          Di rumah sakit, karena terlihat tipis harapan dokter yang menangani mba Yanti hanya berujar pelan “kita tinggal berdoa saja” mendengar hal itu mba Yanti shock, namun keluarga mba Yanti tidak putus harapan. Mereka segera melarikan mba Yanti ke Makassar, namun saat itu RS Wahidin penuh dan mereka meneruskan mba Yanti ke RS Stella Maris. Disana ia dirawat dengan menggunakan jalur umum, tanpa Askes atau Jamkesda. Keluarga mba Yanti juga bukan dari golongan yang mampu-mampu amat tapi dari pengalaman masyarakat yang menggunakan Askes dan Jamkesda mereka tidak ingin mempertaruhkan kondisi mba Yanti saat itu. Dari hasil ct scan kepala mba Yanti baik-baik saja hanya luka luar yang membuat kepala mba Yanti diplontos. Ia tersenyum saat menunjuk rambutnya yang pendek bergelombang sekarang. Kondisi yang terparah mba Yanti adalah kedua kakinya yang nyaris di vonis lumpuh, namun dokter ortopedi yang menanganinya terus memberi semangat jika latihan dan terapi yang akan dijalankan mba Yanti tidak akan membuatnya lumpuh.
          Mba Yanti menceritakan betapa putus asanya ia saat awal-awal ingin bangun dari tempat tidurnya, ia menangis karena kakinya sama sekali tidak merasakan apa pun. Ia mempertanyakan semua keadaannya pada Tuhan, ia sedih karena ia masih lajang dan harus lumpuh pula. Saat itu mba Yanti benar-benar down, dan putus asa, namun support keluarganya serta optimisme dokter Satria membuat mba Yanti kembali percaya diri dan berusaha semaksimal mungkin dalam terapi ortopedi yang dijalaninya. Kondisi mba Yanti yang sempat drop membuat ia tak mau makan hingga harus dijejali infus agar kondisi tubuh mba Yanti tetap stabil. Aku sempat menggodanya dengan mengatakan jika mba Yanti tambah  cantik dan sexy dengan pipi chubby baby begitu. Butuh enam bulan agar ia bisa pulih dengan baik dan menjalani serangkaian operasi pemasangan dan pelepasan ven.
          Sekarang mba sedang membiasakan diri untuk berkendara motor lagi sambil membawa tas di bahu kanannya pasca lepas tulangnya. Ia harus segera memulihkan kehidupannya kembali katanya penuh semangat dan optimis. Kami berbincang dengan nada takjub, betapa dekatnya kematian itu dan mba Yanti masih diberi kesempatan tuk hidup bahkan terhindar dari vonis lumpuh. Keajaiban datang menunjukkan pesan-pesan kehidupan bagi yang membaca hikmah dari setiap kejadian. Aku bersyukur mba Yanti masih ada bersamaku aku benar-benar tidak menyangka jika aku hampir saja kehilangan dia. Aku hanya mengatakan pada mba Yanti jika rencana Tuhan masih panjang buat mba Yanti, bukan kah dia juga belum menemukan jodohnya ? semua peristiwa memang ada hikmahnya, mba Yanti pun masih trauma jika harus berkendara dengan bus. Namun yang ku tangkap dari sinar mata mba Yanti, pendaran rasa syukur dan optimis pada kehidupannya ke depan nanti, ia sudah diberi kesempatan kedua dan akan mengisinya lebih baik lagi. Welcome home mba Yanti aku pun kangen dengan susu kedelai hangat yang kau hantarkan setiap pagi itu.... semangat yaaa...!!!

Selasa, 23 April 2013

Melody Patah Hati (cerpen)


Lembayung Bali milik Saras Dewi mengalun pagi-pagi dari windows media playerku, aaahh padahal aku lebih suka menggunakan winamp tuk pemutar musikku. Aku tahu kau tidak akan protes pagi ini Rama, setelah jalan-jalan kita semalam di pantai itu, aku harus menginterogasimu Rama bagaimana bisa kau mendapatkan pantai setenang itu. Aaahhh... adikku yang ganteng aku baru tahu jika kau sedang galau kau akan berlari menuju pantai dan melarungkan semua bebanmu di sana. Hhhhhaaatttcchhiiiiiiii....... lihatlah kini.... angin semalam sudah membuatku flu, jaket tebalmu ternyata tak mampu menghalau angin malam yang menembus dinding dadaku yaah kau tau kan jika aku sangat rentan dengan udara malam ? ha ha ha ha .... pasti kau akan protes dengan kalimatku barusan karena jika aku yang galau aku akan berlari menuju bukit itu dan meringkuk di bawah pohon pinus dan menangis berjam-jam tanpa peduli waktu sudah mulai gelap. Rama, hatimu di rampok habis-habisan yaa oleh gadis manis itu ? baru kali ini kau benar-benar resah setelah kepergian hhhmmm.... siapa namanya ? oohhh.... baiklah... aku tidak akan menanyakan namanya, tidak usah memberengut begitu ketampananmu berkurang lima puluh persen tau ! Hey.... tenang... bukan hatimu saja yang pernah patah, kakakmu yang manis cantik jelita baik hati tidak sombong tapi tak pandai menabung ini pun pernah dikecewakan cinta. Ssstt... mama tak perlu tau kisah kita berdua okey ? Naaahhh.... gitu dong, senyummu itu memang manis untuk seukuran cowok langka seperti dirimu.... Eiiitss.... timpukan bantalmu berhasil ku tangkis... !
           Kau meminta lagu Lembayung Bali diputar lagi, dan ku tebak kau mulai jatuh cinta pada lagu ini, iya kan Dek ?  Kau hanya diam menunduk, raut wajahmu masih saja menyisakan mendung. Aku diam mencoba menyelami adikku yang begitu aku kasihi, kami hanya berdua saja ditakdirkan menjadi saudara, papa kami sudah meninggal dan hanya mama yang kami punya. Rama Ardana Putra, seorang guru di sebuah smk negeri, fasih berbahasa asing, cerdas, dan berperawakan tinggi besar seperti papa. Aku sendiri Sinta Andini Putri, seorang pekerja lepas mewarisi body imut milik mama hingga disaat kami berjalan bersama tampak lah jika Rama yang menjadi bodyguard kami. Kali ini Rama benar-benar galau, ia jatuh cinta pada seorang gadis manis berkerudung anak pemilik pondok pesantren, namun Rama tak berani mengungkapkannya. Heeyyy.... mengapa kau menimpukku lagi Rambo ??? aaahhh.... apa kau tidak kasihan pada Kora, boneka monyet lucu yang kita dapatkan di pasar malam ini ? Baiklah.... baiklah... aku tidak akan bercerita banyak lagi tentang gadismu itu yang jelasnya aku tahu kau sudah mempertaruhkan perasaanmu sembilan puluh sembilan persen untuknya namun justru ia dijodohkan dengan laki-laki lain yang mempunyai background sama dengan keluarganya.
           Cinta itu memang unik Rama, kau sudah berkali-kali mendapatiku menangis di bawah pohon pinus di bukit itu karena hatiku yang patah dan sakit sekali rasanya. Cinta pertamaku si jangkung Edward yang ternyata direbut oleh sahabatku sendiri, lalu si dokter tampan Leo yang aku taksir habis-habisan dan ternyata hombreng dan terakhir si jelek gendut Alex yang ternyata memilih ke keliling Asia menjadi backpacker dari pada tinggal di sisiku. Ahhh... Rama mengapa kau harus patah hati juga sih ?! tidak seru jika dua hati di rumah ini sama-sama sakit, yaaaah paling tidak aku sudah mulai sembuh. Kau terlalu tampan untuk memasang wajah mendung, terlalu pendiam bagi dirimu yang ceria, dan terlalu pasif untuk dirimu yang tidak bisa diam. Ayooo laaaah Rama.... di luar sana masih banyak gadis-gadis manis yang siap antri untukmu ! Heeeyy.... mengapa kau tertawa ?  Iyaaa ! Tentu sebagai kakakmu aku harus bisa mempromosikan adikku tuk mendapatkan jodoh terbaikmu ! Hah ? Apaaa ?! Kau tidak percaya padaku karena track recordku yang juga sering gagal ?! Ooohhh.... iya baik laahhh.... aku tidak akan menjadi mak comblang dalam hidupmu. Tapi bolehkah aku meminta beberapa hal darimu Rama ? Sssshhhhhssss.... lama amat sih mikirnya ! tenang aku tidak akan meminta harta karunmu sepak coklat Delfi yang selalu bertengger menggoda di meja kerjamu, juga bukan buku-buku novel thriller terbarumu yang masih terbungkus sampul plastiknya. Aku hanya ingin kau lebih tegar Rama, harus lebih kuat jangan pernah mau dilemahkan cinta. Kau harus kuat bukan saja karena kau seorang laki-laki tapi rumah mungil kita membutuhkanmu Rama, kau komandan kepala pasukan di rumah ini he he he he .... ayoo lah... meski cuma seorang saja yg menjadi pasukanmu (menunjuk hidungku) dan seorang dewi yang hendak kau jaga, mama kita. Bangkitlah dari senandung luka patah hati hati, putuskanlah mantra-mantra sakit yang mengikatmu, tak ada yang abadi di dunia ini adikku, kelak duka mu kan berganti suka cita percaya lah...
          Ayo .... bangun.... berdiri sekarang... jangan membuatku harus menarik tanganmu yang besar itu Rama ! Lihat lah di luar sana, aku menyibakkan tirai jendelaku lebar-lebar agar kau bisa lihat mentari mulai cerah meski semalam hujan turun dengan lebatnya, dan beberapa waktu yang lalu menyisakan mendung. Kau bisa lalui ini Rama, kau bisa melaluinya dengan baik, dengar baik-baik ini ; kawanku punya resep anti patah hati, berikan hatimu pada pasanganmu secukupnya, jangan semuanya, hingga kelak jika harus berakhir maka kau masih punya modal sebentuk hati tuk memulainya lagi. Apakah itu sulit ? aku akan mencoba rumus itu Rama, juga dirimu kau harus melakukan itu agar ketika kita lagi-lagi harus patah hati kita sudah siap dengan permulaan yang baru, iya kan ? Mengapa desahan nafasmu begitu berat ? kita coba saja yaa ? Naaahhh.... lihatlah di cermin ! tautan alismu itu sudah tak terlihat lagi, kau tahu dengan menautkan alis seperti kemarin-kemarin, sumpah adikku ! orang-orang akan mengira kau jaaaaauh lebih tua sepuluh tahun dari ku ! Ha ha ha ha ha ha ..... sudahlah.... aku tahu jika berdebat denganmu soal penampilan kau yang menang. Ada apa ? jangan memandangku seperti itu, kau membuatku jadi bingung... ayo laah sorot matamu mengucapkan terima kasih lagi.... aku ini kakakmu, sudah sepantasnya aku berada disampingmu saat kau membutuhkan kecerewatanku, ke-sok tau-anku,dan suaraku yang terus berkoar-koar soal teori patah hati. Kau juga selalu melakukan hal yang sama untukku disaat aku ingin ke bukit,ke pantai dan ke tebing sana, kau siap mengantarkan aku pergi,terima kasih juga buat itu. Ooohhh yaaa ? Delfi itu buatku ??? Aaahh... aku tahu kau memang adikku yang paling baik hati...... 

Senin, 22 April 2013

Mencari Bumbu Bernama Passion


                                              
          Menikmati pekerjaan yang kita cintai bisa membuat waktu berputar lebih cepat dari perasaan normal. Semuanya tenggelam bersama pemikiran, ide-ide dan urutan pekerjaan yang tengah kita pegang. Kalimat dari seorang kawan di grup yang ia beri label Arul light di setiap kata-kata inspirasinya menyebutkan “work without passion is poison”. Yuuup aku setuju dengan itu, rasanya seperti mati pelan-pelan jika kita mengerjakan sesuatu namun bukan berasal dari hati kita. Suatu keterpaksaan dengan mengatasnamakan tanggung jawab. Namun benarkah posion itu masih bisa diubah lagi menjadi manisnya madu yang menjadi sumber semangat tuk bekerja ?
           Awalnya aku melakoni pekerjaan ini karena hanya ingin tahu saja, karena mama dari gadis hingga sampai punya cucu masih saja bergelut dengan mesin jahitnya. Mama bilang saat itu yaah paling tidak kalau aku mau potong celana atau rok yang kepanjangan, resleting yang rusak dan harus diganti atau baju yang sobek aku tak perlu repot mencari tukang jahit karena aku bisa sendiri. Aku pun ikut kursus di pertengahan tahun 2002, entah karena bakat atau memang aku terbiasa dengan mesin jahit sedari kecil dengan mudahnya pelajaran dasar ini kuterima dan hasil praktek pertamaku sudah tergolong bagus menurut guru kursusku. Setelah itu aku memang hanya sekedar tahu saja dan sesekali menjahit pakaian sendiri atau mempermak pakaian anggota keluarga lainnya. Ditambah memiliki baby aku pun memiliki gerak yang terbatas, disaat itu justru minat lainnya kumat di kehidupanku. Disaat malam sudah sepi, baby Fira sudah tertidur, aku mengambil buku dan pulpen, aku menulis tangan novel yang ku simpan rapi dalam benakku. Menuliskannya lembar demi lembar di buku tulis yang sampulnya bergambar boneka lucu. Tenggelam bersama para tokoh fiksi yang ku ciptakan diantara rutinitas keseharianku. Disaat mencuci, memasak, mengepel lantai, melipat pakaian, aku membayangkan para tokoh itu, membayangkan alur dan settingnya,serta dialog-dialog yang kubutuhkan. Hingga tiba malam saat rumah pndok mertua itu sudah senyap, aku kembali mengambil buku tulisku dan menuliskan apa yang sudah ku rekam seharian.
          “Menulis novel itu pekerjaan orang yang suka menghayal, penghayal berat malah.” Ujar bapaknya Fira di suatu waktu, ada nada yang kurang senang di dalamnya. Aku tertunduk, menggenggam pulpen itu sekuat-kuatnya. Dan..... aku pun menyerah... buku itu kusimpan di dalam laci lemari,percaya atau tidak butuh lima tahun tuk menemukannya lagi. Aku pun kembali menekuni dunia kain itu, aku ambil kursus tingkat terampil dan mencoba serius tidak hanya sekedar tahu lagi. Beragam model pakaian aku pelajari, dan memberanikan diri membuka usaha jahitan di kala Fira sudah lepas Asi. Prinsip mama semakin banyak kamu berlatih semakin mahir pula dirimu, pengalaman akan membuatmu semakin banyak belajar, kalau pun salah gunting, salah model, salah jahit, itu resiko dan tak sia-sia karena dari kesalahanmu kamu tahu dimana kamu akan membenahi kekurangan keterampilanmu. Aku pun menjalaninya dengan passion yang menggebu-gebu, kincringan rupiah meski tak seberapa dari yang ku dapat mempermak pakaian membuatku semakin bersemangat. Namun aku harus istirahat lagi di tahun 2008 karena ada baby Aisyah.
          Surutkah keinginanku tuk menulis ? ternyata tidak, hasrat itu seperti api dalam sekam yang tetap menjaga baranya meski tidak terlihat. Dan semakin “panas” ketika jemariku menyentuh ranah dunia maya bernama facebook, mempertemukan dengan orang-orang yang mempunyai cita-cita yang sama menjadi penulis baik fiksi maupun  non fiksi. Tapi aku “dipaksa” berpikir realistis, setelah badai menerpa kehidupanku, aku harus tetap memilih menjahit atau menulis ? kadang aku ingin menjalani keduanya, seimbang, dan sama-sama menghasilkan. Aku menjahit karena butuh uang tuk hidup dan aku butuh menulis untuk meng”hidup”kan hidupku. Namun seiring waktu aku memang manusia yang terbatas... perempuan yang punya sejarah dan jalan kehidupan sendiri. Aku kehilangan passion.... baik di pekerjaan utamaku dan sedikit kehilangan di tulisanku. Meski tak henti-hentinya hati kecilku memaksa mata hatiku tuk melihat kenyataan, “ayoolaah Ana.... Allah sudah memberimu bakat,kemampuan,kesempatan, peralatan bahkan pelanggan, rupiah demi rupiah pun sudah mengalir tuk memenuhi hidupmu, masih perlu kah kau menyalahkan dirimu yang tak sepenuhnya cinta pada pekerjaanmu ini ? kau bisa menulis kapan saja jika kau pandai mengatur waktu dan menjaga kesehatanmu dengan baik !”
          Baiklah..... aku akan tampak sebagai makhluk yang tak punya rasa syukur jika terus menerus ku katakan work without passion is poison, tak ada yang salah dengan pekerjaan ini. Bahkan beberapa perempuan ingin sepertiku bisa menjahit dan membuatnya jadi jalan masuknya rupiah ke dompet. Passion menulis ? dia akan tetap ada seperti sekarang ini, aku menulis di sela-sela DL jahitan seragam batik karyawati kantor finance. Aku merasa menulis adalah cara paling ampuh mengalihkan berat,penat,dan kebosanan dalam pekerjaan utamaku. Hmmmm... waktunya tuk kembali pulang, detik waktu menuju DL jahitan semakin dekat, tulisan ini harus ku akhiri. Hingga ku temukan lagi cerita apa yang akan ku sampaikan dan ku menuliskannya. Sebagai penyemangat aku hanya ingin berkata “aku bukan wanita biasa dan aku punya jalan hidup yang luar biasa...!”
Menjahit dan Menulis adalah kehidupanku.....

Sabtu, 20 April 2013

My Present To GA Be A Writer, Rumah Sekolah Itu Bernama Be A writer (tema 1) !

                                        

          Hujan pagi lagi di kota ini, masih rinai hujan yang sama dan estafet dari semalam. Ruang kerja ku masih berantakan dengan bahan-bahan milik pelanggan. Namun ada satu hal yang juga tak pernah meninggalkan ruang ini si bboy netbook mungil hitam milikku. Bboy tak pernah jauh dariku karena ide-ide menulis itu sering timbul dan harus segera kucatat baik-baik agar aku tak mengandalkan ingatanku yang payah. Iya, aku senang menulis dan ingin jadi penulis, Be A Writer. Be A Writer juga merupakan nama grup di mana tempat aku menuntut ilmu, itulah mengapa aku menyebut grup Be A Writer rumah sekolah bagiku. Awalnya seorang kakak yang baik hati, Bundanya Fiqhtiya memasukkan ku ke grup itu dan tentunya disetujui oleh kepsek yang juga tak kalah baik hatinya mba Leyla Hana dan petualanganku menangkap ilmu pun dimulai.
          Berada di lingkungan penulis tentunya banyak hal yang bisa aku catat di catatan pribadiku. Prestasi-prestasi para senior sungguh luar biasa, hati kecil ini melompat-lompat ketika tahu bahwa senior ini launching novel, senior ini karyanya dimuat di media tertentu dan senior ini memenangkan lomba ini dan itu. Tak ada rasa iri atau pun berkecil hati, aku hanya berbisik ini waktunya buat mereka dan tentu kelak akan menjadi giliranku. Disamping berguru ilmu kepenulisan di Be A Writer sistem mereka yang sangat kekeluargaan sering membuat penyakit curcolku nongol begitu saja. Aku ingat sekali ketika a big strom datang memporak porandakan hidupku, tak tau harus membawa kemana luka ku saat itu dan warga Be A Writer tak berhenti memberiku dukungan, pelukan dari jauh, genggaman tangan maya namun rasanya hingga ke dunia nyata serta doa-doa yang bertabur di angkasa untukku. Mereka sungguh membuatku tak ingin keluar dari sana, banyak sekali pengalaman berharga yang aku dapat. Tentunya bukan hanya pengalaman berharga, saudara dan saudariku bertambah, kakak-kakakku yang baik hati, juga adik yang begitu ramah dan menyenangkan, mau disebutkan satu-satu bisa jadi halaman tersendiri he he he he....
          Bagiku grup Be A Writer ini tak sekedar rumah sekolah saja namun ku yakin ini adalah gerbang dari langkahku menjadi seorang penulis. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para penghuni rumah sekolah BAW yang telah membagi ilmu dan mempererat tali persaudaraannya, yang juga tak henti memberikan motivasi baik secara langsung atau dengan cara terselubung. Terselubung ? iya bagi yang menang lomba dan launching novel menyiratkan motivasi bahwa aku juga harus bisa maju selangkah demi selangkah dan harus menulis halaman demi halaman .
          Ini secarik kenangan dan kesanku pada grup yang menampung impian menulisku selama ini, Be A Writer. Kutemukan setapak demi setapak jalanku di sana dan ku yakin di gerbang itu kelak aku akan mengepakkan sayap dan terbang bersama jutaan kata-kata, lembaran kertas, dan karya-karya yang tak akan pernah dilupakan orang yang telah membacanya... bersama para penghuni BAW lainnya....