“Assalamu’alaikum mamanya fira, mba dah
pindah ke kontrakan yang di nyiur itu ? mba Yanti.”
Aku sejenak memandang sebaris kalimat yang tertera di layar
ponselku, oooh iya mba Yanti, sudah lama mba Yanti tidak pernah ku lihat lagi.
“waalaikumsalam, mbaaaaa.... kemana aja ? dah
lama banget gak nongol ke rumah.”
“Ceritanya panjang mba,
nanti saya main ke rumah, tapi jangan kaget yaa liat saya
Yaaa....”
Aku mengernyitkan dahi, ada apa
dengan mba Yanti ? kurusan kah ? atau dia....?
“Datang
ke rumah laaah mba... gak pake lama ato nanti, ku tunggu yaaa ! aku sama
Anak-anak ngontrak di
nyiur yang rumah itu.”
“Iya mamanya fira,
tunggu ntar saya jalan-jalan kesitu”
Aku masih bertanya-tanya tentang
mba Yanti, seorang wanita single berkulit putih berdarah Jawa, cara bertutur
yang halus dan ramah. Kerjaan sehari-harinya mengantarkan susu kedelai dan
termasuk aku pelanggan yang mengkonsumsi susu soya beannya yang masih hangat. Mba
Yanti juga mengajar anak-anak tunarungu di SLB kota ini.
Sesaat kemudian aku kembali
tenggelam dengan pekerjaanku, baju batik yang tengah ku pasangkan kancing tidak
lama lagi diambil pemesannya. Namun tak lama terdengar suara motor yang
memasuki halaman sampin rumah, sekilas ku lihat motor merah milik mba Yanti. Oohh....
mba Yanti benar-benar datang sore ini, kejutan... akhir-akhir ini aku memang
sering mengingatnya juga susu kedelai yang terhenti suplainya.
Aku tertegun, mba Yanti memang
beda, dengan senyum khasnya seperti biasa ia nampak senang sekali menjumpaiku
dan yaaah aku lagi-lagi ditegur kurusan he he he ....
“Dari mana aja sih mbaaaaa....
lamaaaaa banget baru ada kabar dan main kesini, gimana kabarnya ?” berondongku
begitu saja karena penasaran. Mba Yanti tersenyum dan duduk memilih kursi yang
ada sandarannya.
“Saya habis kecelakaan Mba, enam
bulan baru saya pulih, empat hari yang lalu saya baru saja selesai operasi
pelepasan ven.” Jawabnya dengan suara kalem khas mba Yanti.
Aku terperanjat kaget, pantas
saja dia lama hilang dari perederan bersama susu kedelainya.
“kecelakaan dimana Mba ?! apanya Mba
Yanti yang luka-luka ?!” tanyaku dengan nada yang masih terkejut. Lalu mengalirlah
cerita mba Yanti yang sungguh Allah Yang Maha Kuasa memiliki rencana sendiri
untuk mba Yanti.
Bulan oktober tahun lalu, kota Palopo dikejutkan dengan kecelakaan bus
antar kota Kharisma yang menewaskan sekian penumpang beserta sopirnya. Bus naas
yang menabrak truk bermuatan tiang-tiang penyangga kabel listrik yang membuat
sopir bus tewas di tempat. Aku pun pernah melihat foto-foto para korban yang di
share oleh orang-orang di Facebook. Kondisi para korban sungguh mengenaskan. Aku
sama sekali tak mengira jika salah seorang teman baikku, mba Yanti turut
menjadi korban di dalam kecelakaan itu dan tergolong parah. Mba Yanti yang
duduk di kursi no satu dekat kursi sopir terlempar jauh keluar dari bus sesaat
setelah tiang-tiang penyangga kabel listrik yang di atas bak truk itu
menghantam kaca depan bus dan menewaskan sopirnya. Seperti di adegan-adegan
film tubuh mba Yanti menghantam jendela kaca bus hingga pecah dan melayang
jatuh di semak-semak. Kepala mba Yanti berdarah, tangan kanannya mati rasa,
tulang belikatnya lepas juga tulang antara paha dan pinggul lepas keduanya
hinga kaki kanan dan kiri mba Yanti juga ikut mati rasa. Menurut mba Yanti ia
hanya kehilangan setengah kesadarannya, dia yang tergolong kritis dilarikan
menuju rumah sakit At Medika di tengah kota.
Di rumah sakit, karena terlihat tipis
harapan dokter yang menangani mba Yanti hanya berujar pelan “kita tinggal
berdoa saja” mendengar hal itu mba Yanti shock, namun keluarga mba Yanti tidak
putus harapan. Mereka segera melarikan mba Yanti ke Makassar, namun saat itu RS
Wahidin penuh dan mereka meneruskan mba Yanti ke RS Stella Maris. Disana ia
dirawat dengan menggunakan jalur umum, tanpa Askes atau Jamkesda. Keluarga mba
Yanti juga bukan dari golongan yang mampu-mampu amat tapi dari pengalaman
masyarakat yang menggunakan Askes dan Jamkesda mereka tidak ingin
mempertaruhkan kondisi mba Yanti saat itu. Dari hasil ct scan kepala mba Yanti
baik-baik saja hanya luka luar yang membuat kepala mba Yanti diplontos. Ia tersenyum
saat menunjuk rambutnya yang pendek bergelombang sekarang. Kondisi yang
terparah mba Yanti adalah kedua kakinya yang nyaris di vonis lumpuh, namun
dokter ortopedi yang menanganinya terus memberi semangat jika latihan dan
terapi yang akan dijalankan mba Yanti tidak akan membuatnya lumpuh.
Mba Yanti menceritakan betapa putus
asanya ia saat awal-awal ingin bangun dari tempat tidurnya, ia menangis karena
kakinya sama sekali tidak merasakan apa pun. Ia mempertanyakan semua keadaannya
pada Tuhan, ia sedih karena ia masih lajang dan harus lumpuh pula. Saat itu mba
Yanti benar-benar down, dan putus asa, namun support keluarganya serta
optimisme dokter Satria membuat mba Yanti kembali percaya diri dan berusaha
semaksimal mungkin dalam terapi ortopedi yang dijalaninya. Kondisi mba Yanti
yang sempat drop membuat ia tak mau makan hingga harus dijejali infus agar
kondisi tubuh mba Yanti tetap stabil. Aku sempat menggodanya dengan mengatakan
jika mba Yanti tambah cantik dan sexy dengan
pipi chubby baby begitu. Butuh enam bulan agar ia bisa pulih dengan baik dan
menjalani serangkaian operasi pemasangan dan pelepasan ven.
Sekarang mba sedang membiasakan diri
untuk berkendara motor lagi sambil membawa tas di bahu kanannya pasca lepas
tulangnya. Ia harus segera memulihkan kehidupannya kembali katanya penuh
semangat dan optimis. Kami berbincang dengan nada takjub, betapa dekatnya
kematian itu dan mba Yanti masih diberi kesempatan tuk hidup bahkan terhindar
dari vonis lumpuh. Keajaiban datang menunjukkan pesan-pesan kehidupan bagi yang
membaca hikmah dari setiap kejadian. Aku bersyukur mba Yanti masih ada
bersamaku aku benar-benar tidak menyangka jika aku hampir saja kehilangan dia. Aku
hanya mengatakan pada mba Yanti jika rencana Tuhan masih panjang buat mba
Yanti, bukan kah dia juga belum menemukan jodohnya ? semua peristiwa memang ada
hikmahnya, mba Yanti pun masih trauma jika harus berkendara dengan bus. Namun yang
ku tangkap dari sinar mata mba Yanti, pendaran rasa syukur dan optimis pada
kehidupannya ke depan nanti, ia sudah diberi kesempatan kedua dan akan
mengisinya lebih baik lagi. Welcome home mba Yanti aku pun kangen dengan susu
kedelai hangat yang kau hantarkan setiap pagi itu.... semangat yaaa...!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar