Selasa, 30 April 2013

Tragedi Bus Kharisma dan Kesempatan Kedua


          “Assalamu’alaikum mamanya fira, mba dah pindah ke kontrakan yang di nyiur itu ? mba Yanti.”
Aku sejenak memandang sebaris kalimat yang tertera di layar ponselku, oooh iya mba Yanti, sudah lama mba Yanti tidak pernah ku lihat lagi.
          “waalaikumsalam, mbaaaaa.... kemana aja ? dah lama banget gak nongol ke rumah.”
          “Ceritanya panjang mba, nanti saya main ke rumah, tapi jangan kaget yaa liat saya
            Yaaa....”
Aku mengernyitkan dahi, ada apa dengan mba Yanti ? kurusan kah ? atau dia....?
          “Datang ke rumah laaah mba... gak pake lama ato nanti, ku tunggu yaaa ! aku sama
           Anak-anak ngontrak di nyiur yang rumah itu.”
          “Iya mamanya fira, tunggu ntar saya jalan-jalan kesitu”
Aku masih bertanya-tanya tentang mba Yanti, seorang wanita single berkulit putih berdarah Jawa, cara bertutur yang halus dan ramah. Kerjaan sehari-harinya mengantarkan susu kedelai dan termasuk aku pelanggan yang mengkonsumsi susu soya beannya yang masih hangat. Mba Yanti juga mengajar anak-anak tunarungu di SLB kota ini.
Sesaat kemudian aku kembali tenggelam dengan pekerjaanku, baju batik yang tengah ku pasangkan kancing tidak lama lagi diambil pemesannya. Namun tak lama terdengar suara motor yang memasuki halaman sampin rumah, sekilas ku lihat motor merah milik mba Yanti. Oohh.... mba Yanti benar-benar datang sore ini, kejutan... akhir-akhir ini aku memang sering mengingatnya juga susu kedelai yang terhenti suplainya.
Aku tertegun, mba Yanti memang beda, dengan senyum khasnya seperti biasa ia nampak senang sekali menjumpaiku dan yaaah aku lagi-lagi ditegur kurusan he he he ....
          “Dari mana aja sih mbaaaaa.... lamaaaaa banget baru ada kabar dan main kesini, gimana kabarnya ?” berondongku begitu saja karena penasaran. Mba Yanti tersenyum dan duduk memilih kursi yang ada sandarannya.
          “Saya habis kecelakaan Mba, enam bulan baru saya pulih, empat hari yang lalu saya baru saja selesai operasi pelepasan ven.” Jawabnya dengan suara kalem khas mba Yanti.
Aku terperanjat kaget, pantas saja dia lama hilang dari perederan bersama susu kedelainya.
         “kecelakaan dimana Mba ?! apanya Mba Yanti yang luka-luka ?!” tanyaku dengan nada yang masih terkejut. Lalu mengalirlah cerita mba Yanti yang sungguh Allah Yang Maha Kuasa memiliki rencana sendiri untuk mba Yanti.
          Bulan oktober tahun lalu, kota Palopo dikejutkan dengan kecelakaan bus antar kota Kharisma yang menewaskan sekian penumpang beserta sopirnya. Bus naas yang menabrak truk bermuatan tiang-tiang penyangga kabel listrik yang membuat sopir bus tewas di tempat. Aku pun pernah melihat foto-foto para korban yang di share oleh orang-orang di Facebook. Kondisi para korban sungguh mengenaskan. Aku sama sekali tak mengira jika salah seorang teman baikku, mba Yanti turut menjadi korban di dalam kecelakaan itu dan tergolong parah. Mba Yanti yang duduk di kursi no satu dekat kursi sopir terlempar jauh keluar dari bus sesaat setelah tiang-tiang penyangga kabel listrik yang di atas bak truk itu menghantam kaca depan bus dan menewaskan sopirnya. Seperti di adegan-adegan film tubuh mba Yanti menghantam jendela kaca bus hingga pecah dan melayang jatuh di semak-semak. Kepala mba Yanti berdarah, tangan kanannya mati rasa, tulang belikatnya lepas juga tulang antara paha dan pinggul lepas keduanya hinga kaki kanan dan kiri mba Yanti juga ikut mati rasa. Menurut mba Yanti ia hanya kehilangan setengah kesadarannya, dia yang tergolong kritis dilarikan menuju rumah sakit At Medika di tengah kota.
          Di rumah sakit, karena terlihat tipis harapan dokter yang menangani mba Yanti hanya berujar pelan “kita tinggal berdoa saja” mendengar hal itu mba Yanti shock, namun keluarga mba Yanti tidak putus harapan. Mereka segera melarikan mba Yanti ke Makassar, namun saat itu RS Wahidin penuh dan mereka meneruskan mba Yanti ke RS Stella Maris. Disana ia dirawat dengan menggunakan jalur umum, tanpa Askes atau Jamkesda. Keluarga mba Yanti juga bukan dari golongan yang mampu-mampu amat tapi dari pengalaman masyarakat yang menggunakan Askes dan Jamkesda mereka tidak ingin mempertaruhkan kondisi mba Yanti saat itu. Dari hasil ct scan kepala mba Yanti baik-baik saja hanya luka luar yang membuat kepala mba Yanti diplontos. Ia tersenyum saat menunjuk rambutnya yang pendek bergelombang sekarang. Kondisi yang terparah mba Yanti adalah kedua kakinya yang nyaris di vonis lumpuh, namun dokter ortopedi yang menanganinya terus memberi semangat jika latihan dan terapi yang akan dijalankan mba Yanti tidak akan membuatnya lumpuh.
          Mba Yanti menceritakan betapa putus asanya ia saat awal-awal ingin bangun dari tempat tidurnya, ia menangis karena kakinya sama sekali tidak merasakan apa pun. Ia mempertanyakan semua keadaannya pada Tuhan, ia sedih karena ia masih lajang dan harus lumpuh pula. Saat itu mba Yanti benar-benar down, dan putus asa, namun support keluarganya serta optimisme dokter Satria membuat mba Yanti kembali percaya diri dan berusaha semaksimal mungkin dalam terapi ortopedi yang dijalaninya. Kondisi mba Yanti yang sempat drop membuat ia tak mau makan hingga harus dijejali infus agar kondisi tubuh mba Yanti tetap stabil. Aku sempat menggodanya dengan mengatakan jika mba Yanti tambah  cantik dan sexy dengan pipi chubby baby begitu. Butuh enam bulan agar ia bisa pulih dengan baik dan menjalani serangkaian operasi pemasangan dan pelepasan ven.
          Sekarang mba sedang membiasakan diri untuk berkendara motor lagi sambil membawa tas di bahu kanannya pasca lepas tulangnya. Ia harus segera memulihkan kehidupannya kembali katanya penuh semangat dan optimis. Kami berbincang dengan nada takjub, betapa dekatnya kematian itu dan mba Yanti masih diberi kesempatan tuk hidup bahkan terhindar dari vonis lumpuh. Keajaiban datang menunjukkan pesan-pesan kehidupan bagi yang membaca hikmah dari setiap kejadian. Aku bersyukur mba Yanti masih ada bersamaku aku benar-benar tidak menyangka jika aku hampir saja kehilangan dia. Aku hanya mengatakan pada mba Yanti jika rencana Tuhan masih panjang buat mba Yanti, bukan kah dia juga belum menemukan jodohnya ? semua peristiwa memang ada hikmahnya, mba Yanti pun masih trauma jika harus berkendara dengan bus. Namun yang ku tangkap dari sinar mata mba Yanti, pendaran rasa syukur dan optimis pada kehidupannya ke depan nanti, ia sudah diberi kesempatan kedua dan akan mengisinya lebih baik lagi. Welcome home mba Yanti aku pun kangen dengan susu kedelai hangat yang kau hantarkan setiap pagi itu.... semangat yaaa...!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar