Menikmati pekerjaan yang kita cintai bisa membuat waktu berputar lebih cepat dari perasaan normal. Semuanya tenggelam bersama pemikiran, ide-ide dan urutan pekerjaan yang tengah kita pegang. Kalimat dari seorang kawan di grup yang ia beri label Arul light di setiap kata-kata inspirasinya menyebutkan “work without passion is poison”. Yuuup aku setuju dengan itu, rasanya seperti mati pelan-pelan jika kita mengerjakan sesuatu namun bukan berasal dari hati kita. Suatu keterpaksaan dengan mengatasnamakan tanggung jawab. Namun benarkah posion itu masih bisa diubah lagi menjadi manisnya madu yang menjadi sumber semangat tuk bekerja ?
Awalnya aku melakoni pekerjaan ini karena hanya ingin tahu saja, karena mama dari gadis hingga sampai punya cucu masih saja bergelut dengan mesin jahitnya. Mama bilang saat itu yaah paling tidak kalau aku mau potong celana atau rok yang kepanjangan, resleting yang rusak dan harus diganti atau baju yang sobek aku tak perlu repot mencari tukang jahit karena aku bisa sendiri. Aku pun ikut kursus di pertengahan tahun 2002, entah karena bakat atau memang aku terbiasa dengan mesin jahit sedari kecil dengan mudahnya pelajaran dasar ini kuterima dan hasil praktek pertamaku sudah tergolong bagus menurut guru kursusku. Setelah itu aku memang hanya sekedar tahu saja dan sesekali menjahit pakaian sendiri atau mempermak pakaian anggota keluarga lainnya. Ditambah memiliki baby aku pun memiliki gerak yang terbatas, disaat itu justru minat lainnya kumat di kehidupanku. Disaat malam sudah sepi, baby Fira sudah tertidur, aku mengambil buku dan pulpen, aku menulis tangan novel yang ku simpan rapi dalam benakku. Menuliskannya lembar demi lembar di buku tulis yang sampulnya bergambar boneka lucu. Tenggelam bersama para tokoh fiksi yang ku ciptakan diantara rutinitas keseharianku. Disaat mencuci, memasak, mengepel lantai, melipat pakaian, aku membayangkan para tokoh itu, membayangkan alur dan settingnya,serta dialog-dialog yang kubutuhkan. Hingga tiba malam saat rumah pndok mertua itu sudah senyap, aku kembali mengambil buku tulisku dan menuliskan apa yang sudah ku rekam seharian.
“Menulis novel itu pekerjaan orang yang suka menghayal, penghayal berat malah.” Ujar bapaknya Fira di suatu waktu, ada nada yang kurang senang di dalamnya. Aku tertunduk, menggenggam pulpen itu sekuat-kuatnya. Dan..... aku pun menyerah... buku itu kusimpan di dalam laci lemari,percaya atau tidak butuh lima tahun tuk menemukannya lagi. Aku pun kembali menekuni dunia kain itu, aku ambil kursus tingkat terampil dan mencoba serius tidak hanya sekedar tahu lagi. Beragam model pakaian aku pelajari, dan memberanikan diri membuka usaha jahitan di kala Fira sudah lepas Asi. Prinsip mama semakin banyak kamu berlatih semakin mahir pula dirimu, pengalaman akan membuatmu semakin banyak belajar, kalau pun salah gunting, salah model, salah jahit, itu resiko dan tak sia-sia karena dari kesalahanmu kamu tahu dimana kamu akan membenahi kekurangan keterampilanmu. Aku pun menjalaninya dengan passion yang menggebu-gebu, kincringan rupiah meski tak seberapa dari yang ku dapat mempermak pakaian membuatku semakin bersemangat. Namun aku harus istirahat lagi di tahun 2008 karena ada baby Aisyah.
Surutkah keinginanku tuk menulis ? ternyata tidak, hasrat itu seperti api dalam sekam yang tetap menjaga baranya meski tidak terlihat. Dan semakin “panas” ketika jemariku menyentuh ranah dunia maya bernama facebook, mempertemukan dengan orang-orang yang mempunyai cita-cita yang sama menjadi penulis baik fiksi maupun non fiksi. Tapi aku “dipaksa” berpikir realistis, setelah badai menerpa kehidupanku, aku harus tetap memilih menjahit atau menulis ? kadang aku ingin menjalani keduanya, seimbang, dan sama-sama menghasilkan. Aku menjahit karena butuh uang tuk hidup dan aku butuh menulis untuk meng”hidup”kan hidupku. Namun seiring waktu aku memang manusia yang terbatas... perempuan yang punya sejarah dan jalan kehidupan sendiri. Aku kehilangan passion.... baik di pekerjaan utamaku dan sedikit kehilangan di tulisanku. Meski tak henti-hentinya hati kecilku memaksa mata hatiku tuk melihat kenyataan, “ayoolaah Ana.... Allah sudah memberimu bakat,kemampuan,kesempatan, peralatan bahkan pelanggan, rupiah demi rupiah pun sudah mengalir tuk memenuhi hidupmu, masih perlu kah kau menyalahkan dirimu yang tak sepenuhnya cinta pada pekerjaanmu ini ? kau bisa menulis kapan saja jika kau pandai mengatur waktu dan menjaga kesehatanmu dengan baik !”
Baiklah..... aku akan tampak sebagai makhluk yang tak punya rasa syukur jika terus menerus ku katakan work without passion is poison, tak ada yang salah dengan pekerjaan ini. Bahkan beberapa perempuan ingin sepertiku bisa menjahit dan membuatnya jadi jalan masuknya rupiah ke dompet. Passion menulis ? dia akan tetap ada seperti sekarang ini, aku menulis di sela-sela DL jahitan seragam batik karyawati kantor finance. Aku merasa menulis adalah cara paling ampuh mengalihkan berat,penat,dan kebosanan dalam pekerjaan utamaku. Hmmmm... waktunya tuk kembali pulang, detik waktu menuju DL jahitan semakin dekat, tulisan ini harus ku akhiri. Hingga ku temukan lagi cerita apa yang akan ku sampaikan dan ku menuliskannya. Sebagai penyemangat aku hanya ingin berkata “aku bukan wanita biasa dan aku punya jalan hidup yang luar biasa...!”
Menjahit dan Menulis adalah kehidupanku.....
heyyy, kita sama dulu kalo menulis sukax di buku merk kiky sampe skrg msh ad sebagian sdh kupindahkan di leptop, bedax suami mendukung sih selama positif en jgn sering keluar rmh ma'gossip, hahahaha :D
BalasHapusha ha ha ha ha ha ha .... eonnii aty cantik, trims dah mau mau mampir, iye sama buku merk kiky he he he he ... tdk ada pi niatku mau lanjutkan itu cerita mungkin nanti kalo ada mi endingnya saya dapat :) yaaaa.... say no to ma'gossip ;D
BalasHapus