Selasa, 23 April 2013

Melody Patah Hati (cerpen)


Lembayung Bali milik Saras Dewi mengalun pagi-pagi dari windows media playerku, aaahh padahal aku lebih suka menggunakan winamp tuk pemutar musikku. Aku tahu kau tidak akan protes pagi ini Rama, setelah jalan-jalan kita semalam di pantai itu, aku harus menginterogasimu Rama bagaimana bisa kau mendapatkan pantai setenang itu. Aaahhh... adikku yang ganteng aku baru tahu jika kau sedang galau kau akan berlari menuju pantai dan melarungkan semua bebanmu di sana. Hhhhhaaatttcchhiiiiiiii....... lihatlah kini.... angin semalam sudah membuatku flu, jaket tebalmu ternyata tak mampu menghalau angin malam yang menembus dinding dadaku yaah kau tau kan jika aku sangat rentan dengan udara malam ? ha ha ha ha .... pasti kau akan protes dengan kalimatku barusan karena jika aku yang galau aku akan berlari menuju bukit itu dan meringkuk di bawah pohon pinus dan menangis berjam-jam tanpa peduli waktu sudah mulai gelap. Rama, hatimu di rampok habis-habisan yaa oleh gadis manis itu ? baru kali ini kau benar-benar resah setelah kepergian hhhmmm.... siapa namanya ? oohhh.... baiklah... aku tidak akan menanyakan namanya, tidak usah memberengut begitu ketampananmu berkurang lima puluh persen tau ! Hey.... tenang... bukan hatimu saja yang pernah patah, kakakmu yang manis cantik jelita baik hati tidak sombong tapi tak pandai menabung ini pun pernah dikecewakan cinta. Ssstt... mama tak perlu tau kisah kita berdua okey ? Naaahhh.... gitu dong, senyummu itu memang manis untuk seukuran cowok langka seperti dirimu.... Eiiitss.... timpukan bantalmu berhasil ku tangkis... !
           Kau meminta lagu Lembayung Bali diputar lagi, dan ku tebak kau mulai jatuh cinta pada lagu ini, iya kan Dek ?  Kau hanya diam menunduk, raut wajahmu masih saja menyisakan mendung. Aku diam mencoba menyelami adikku yang begitu aku kasihi, kami hanya berdua saja ditakdirkan menjadi saudara, papa kami sudah meninggal dan hanya mama yang kami punya. Rama Ardana Putra, seorang guru di sebuah smk negeri, fasih berbahasa asing, cerdas, dan berperawakan tinggi besar seperti papa. Aku sendiri Sinta Andini Putri, seorang pekerja lepas mewarisi body imut milik mama hingga disaat kami berjalan bersama tampak lah jika Rama yang menjadi bodyguard kami. Kali ini Rama benar-benar galau, ia jatuh cinta pada seorang gadis manis berkerudung anak pemilik pondok pesantren, namun Rama tak berani mengungkapkannya. Heeyyy.... mengapa kau menimpukku lagi Rambo ??? aaahhh.... apa kau tidak kasihan pada Kora, boneka monyet lucu yang kita dapatkan di pasar malam ini ? Baiklah.... baiklah... aku tidak akan bercerita banyak lagi tentang gadismu itu yang jelasnya aku tahu kau sudah mempertaruhkan perasaanmu sembilan puluh sembilan persen untuknya namun justru ia dijodohkan dengan laki-laki lain yang mempunyai background sama dengan keluarganya.
           Cinta itu memang unik Rama, kau sudah berkali-kali mendapatiku menangis di bawah pohon pinus di bukit itu karena hatiku yang patah dan sakit sekali rasanya. Cinta pertamaku si jangkung Edward yang ternyata direbut oleh sahabatku sendiri, lalu si dokter tampan Leo yang aku taksir habis-habisan dan ternyata hombreng dan terakhir si jelek gendut Alex yang ternyata memilih ke keliling Asia menjadi backpacker dari pada tinggal di sisiku. Ahhh... Rama mengapa kau harus patah hati juga sih ?! tidak seru jika dua hati di rumah ini sama-sama sakit, yaaaah paling tidak aku sudah mulai sembuh. Kau terlalu tampan untuk memasang wajah mendung, terlalu pendiam bagi dirimu yang ceria, dan terlalu pasif untuk dirimu yang tidak bisa diam. Ayooo laaaah Rama.... di luar sana masih banyak gadis-gadis manis yang siap antri untukmu ! Heeeyy.... mengapa kau tertawa ?  Iyaaa ! Tentu sebagai kakakmu aku harus bisa mempromosikan adikku tuk mendapatkan jodoh terbaikmu ! Hah ? Apaaa ?! Kau tidak percaya padaku karena track recordku yang juga sering gagal ?! Ooohhh.... iya baik laahhh.... aku tidak akan menjadi mak comblang dalam hidupmu. Tapi bolehkah aku meminta beberapa hal darimu Rama ? Sssshhhhhssss.... lama amat sih mikirnya ! tenang aku tidak akan meminta harta karunmu sepak coklat Delfi yang selalu bertengger menggoda di meja kerjamu, juga bukan buku-buku novel thriller terbarumu yang masih terbungkus sampul plastiknya. Aku hanya ingin kau lebih tegar Rama, harus lebih kuat jangan pernah mau dilemahkan cinta. Kau harus kuat bukan saja karena kau seorang laki-laki tapi rumah mungil kita membutuhkanmu Rama, kau komandan kepala pasukan di rumah ini he he he he .... ayoo lah... meski cuma seorang saja yg menjadi pasukanmu (menunjuk hidungku) dan seorang dewi yang hendak kau jaga, mama kita. Bangkitlah dari senandung luka patah hati hati, putuskanlah mantra-mantra sakit yang mengikatmu, tak ada yang abadi di dunia ini adikku, kelak duka mu kan berganti suka cita percaya lah...
          Ayo .... bangun.... berdiri sekarang... jangan membuatku harus menarik tanganmu yang besar itu Rama ! Lihat lah di luar sana, aku menyibakkan tirai jendelaku lebar-lebar agar kau bisa lihat mentari mulai cerah meski semalam hujan turun dengan lebatnya, dan beberapa waktu yang lalu menyisakan mendung. Kau bisa lalui ini Rama, kau bisa melaluinya dengan baik, dengar baik-baik ini ; kawanku punya resep anti patah hati, berikan hatimu pada pasanganmu secukupnya, jangan semuanya, hingga kelak jika harus berakhir maka kau masih punya modal sebentuk hati tuk memulainya lagi. Apakah itu sulit ? aku akan mencoba rumus itu Rama, juga dirimu kau harus melakukan itu agar ketika kita lagi-lagi harus patah hati kita sudah siap dengan permulaan yang baru, iya kan ? Mengapa desahan nafasmu begitu berat ? kita coba saja yaa ? Naaahhh.... lihatlah di cermin ! tautan alismu itu sudah tak terlihat lagi, kau tahu dengan menautkan alis seperti kemarin-kemarin, sumpah adikku ! orang-orang akan mengira kau jaaaaauh lebih tua sepuluh tahun dari ku ! Ha ha ha ha ha ha ..... sudahlah.... aku tahu jika berdebat denganmu soal penampilan kau yang menang. Ada apa ? jangan memandangku seperti itu, kau membuatku jadi bingung... ayo laah sorot matamu mengucapkan terima kasih lagi.... aku ini kakakmu, sudah sepantasnya aku berada disampingmu saat kau membutuhkan kecerewatanku, ke-sok tau-anku,dan suaraku yang terus berkoar-koar soal teori patah hati. Kau juga selalu melakukan hal yang sama untukku disaat aku ingin ke bukit,ke pantai dan ke tebing sana, kau siap mengantarkan aku pergi,terima kasih juga buat itu. Ooohhh yaaa ? Delfi itu buatku ??? Aaahh... aku tahu kau memang adikku yang paling baik hati...... 

1 komentar:

  1. Diksinya bagus, mbak. Cara bertuturnya juga enak, ngalir. Tapi alurnya tidak tergarap dengan baik. Saya malah nggak nemu, apa sih sebenarnya konflik dari cerpen ini :-)

    BalasHapus